Salam

Assalamu'alaikum....Blog ini hanya ingin berbagi ilmu dan sharing pengetahuan dan informasi bersama.....

2011/05/28

Peradaban


Peradaban
Reruntuhan Machu Picchu dari Peradaban Inca
Peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang “kompleks”: dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.
Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah “budaya” yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai “seni, adat istiadat, kebiasaan … kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat”. Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi dan budaya.
Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adlah istilah “peradaban” dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain “ganas” atau “biadab” budaya, konsep dari “peradaban” digunakan sebagai sinonim untuk “budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu.” Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti “perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa”. Masyarakat yang mempraktikkan pertanian secara intensif; memiliki pembagian kerja; dan kepadatan penduduk yang mencukupi untuk membentuk kota-kota. “Peradaban” dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.

Membangun Jiwa-jiwa Ibrahim

MEMBANGUN JIWA-JIWA IBRAHIM

Oleh : Achmad Nurur Huda, S.Pd.I
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam" (Q.S Al Baqarah: 131).
Bulan ini (Dzulhijjah) merupakan bulan bersejarah bagi umat Islam. Pasalnya, di bulan ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima, yakni melaksanakan ibadah Haji. Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesama. Dengannya, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih semua memakai pakaian yang sama. Bersama-sama melakukan aktivitas yang sama pula yakni manasik haji.
Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.
Pada saat itu pula (mulai tanggal 10 Dzulhijah hingga tanggal 13 Dzulhijjah) Allah memerintahkan kepada ummat Islam untuk melaksanakan ibadah kurban sebagai rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Terutama adalah nikmat yang berupa agama dengan dua ajaran pokoknya yaitu: tauhid yang terformulasikan dalam kalimat la illaha ilallah dan beribadah kepadaNya dengan penuh keikhlasan.
Tentang ajaran Tauhid dan beribadah kepada Allah, ketika dikaitkan dengan hari raya Idul Kurban, maka akan terlintas dalam benak tentang kisah seorang utusan Allah yang memberikan contoh sangat jelas mengenai ajaran Tauhid dan bagaimana beribadah kepada Allah SWT yaitu Ibrahim AS yang mendapatkan gelar sebagai Kholilullah (Kekasih Allah).
Nabi Ibrahim as. dilahirkan ditengah-tengah masyarakat yang penuh kemusyrikan dan kekufuran. Menurut Al Qur'an nama ayahnya adalah Azar dan didalam bahasa kitab Taurat namanya Taroh bin Tanur bin Siruj bin Sam bin Nuh as. Pada zaman itu telah bertahta seorang raja yang zalim dan suka bertindak semena-mena, namanya raja Namrudz yang mengaku menjadi Tuhan. Dia beserta seluruh rakyatnya menyembah berhala, termasuk ayah Nabi Ibrahim sendiri yang juga ahli dalam membuat patung yang sangat disukai oleh raja Namrudz.
Semenjak kecil beliau terbebas dari kemusyrikan bapak dan kaumnya. Ibrahim menjadi seorang yang hanif dan imam bagi manusia (An-Nahl: 120-121). Dan Ibrahim sangat bersemangat untuk mendakwahi bapaknya dan kaumnya agar hanya menyembah Allah saja. Ini adalah sunnah dakwah bahwa yang pertama kali harus didakwahi adalah orang tua dan keluarga, kemudian kaum dan penguasa.
Nabi Ibrahim juga memperoleh gelar sebagai ulul azmi yakni Nabi dan Rasul yang mendapatkan ujian yang berat dari Allah SWT. Dalam hal ini Ibnu Abbas berkata: “Belum ada para nabi yang mendapatkan ujian dalam agama kemudian menegakkannya dengan sempurna melebihi Ibrahim as.” Ujian yang dilaksanakan Ibrahim a.s, di antaranya adalah manasik atau ibadah haji; kebersihan, lima pada bagian kepala dan lima pada tubuh. Lima di bagian kepala yaitu mencukur rambut, berkumur, membersihkan hidung, siwak, dan membersihkan rambut. Lima pada bagian tubuh yaitu menggunting kuku, mencukur rambut bagian kemaluan, khitan, mencabut rambut ketiak, dan istinja.
Dalam riwayat lain Ibnu Abbas mengatakan, ”Kalimat atau tugas yang dilaksanakan dengan sempurna yaitu meninggalkan kaumnya ketika mereka menyembah berhala, membantah keyakinan raja Namrud, bersabar ketika dilemparkan ke dalam api yang sangat panas, hijrah meninggalkan tanah airnya, menjamu tamunya dengan baik, dan bersabar ketika diperintah menyembelih putranya.
Allah SWT menghormati Ibrahim dengan penghormatan yang khusus. Allah SWT menjadikan agamanya sebagai agama tauhid yang murni dan suci dari berbagai kotoran, dan Dia menjadikan akal sebagai alat penting dalam menilai kebenaran bagi orang-orang yang mengikuti agama-Nya. Allah SWT berfirman:
"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar ter­masuk orang yang saleh." (QS. al-Baqarah: 130)
Allah SWT memuji Ibrahim dalam flrman-Nya:
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). " (QS. an-Nahl: 120
)
Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Ibrahim adalah, Dia menjadikannya sebagai imam bagi manusia dan menganugrahkan pada keturunannya kenabian dan penerimaan kitab (wahyu). Oleh karena itu, kita dapati bahwa setiap nabi setelah Nabi Ibrahim as adalah anak-anak dan cucu-cucunya. Ini semua merupakan bukti janji Allah SWT kepadanya, di mana Dia tidak mengutus seorang nabi kecuali datang dari keturunannya. Demikian juga kedatangan nabi yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw, adalah sebagai wujud dari terkabulnya doa Nabi Ibrahim yang diucapkannya kepada Allah SWT di mana ia meminta agar diutus di tengah-tengah kaum yang umi seorang rasul dari mereka.
Keunikan Nabi Ibrahim Dalam Menemukan Tuhan
Dalam mencari Tuhan Ibrahim mengadakan pengamatan (observasi) terhadap fenomena alam dengan fokus bintang, bulan dan matahari. Karena ketiga hal itu, secara umum mempunyai nilai strategis, yang oleh masyarakat sering dijadikan simbol-simbol keindahan dan kebesaran di samping tanda-tanda keberhasilan dan kesialan, sehingga sering pula dikultuskan dan disembah. Semua itu dipatahkan oleh Nabi Ibrahim, mereka (bulan, bintang dan matahari) bukan sebagai Tuhan. Tuhan yang sebenarnya adalah pencipta dan pengendali benda-benda tersebut. Asalanya sederhana, karena cahaya lenyap. Sedang cahaya itulah yang sementara ini dijadikan masyarakat sebagai dasar pengkultusan. Maka Ibrahim kemudian mengatakan kepada kaumnya,“Aku tidak suka yang lenyak“ seperti dalam firman Allah berikut:
’’Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat." (Q.S Al An’am: 76-77).
Keyakinan Ibrahim terhadap wujud dan keesaan Allah dilanjutkan dengan pengenalan atas kekuasaanNya. Dan itupun ditempuh dengan penalaran dan pembuktian, tidak sekedar teori, sehingga Ibrahim bisa dikatakan sebagai seorang “ilmuwan“ dan ’Cendikia“ yang dalam Al Qur’an orang-orang tersebut dikenal dengan ulul albab.
Pembelaan Ibrahim Terhadap Tauhid
Dari observasi yang dilakukan Ibrahim, ia berkesimpulan bahwa ’tuhan itu ada’ dan ’Tuhan itu satu’, yang kemudian dikenal dengan tauhid, sehingga Nabi Ibrahim dikenal dengan gelar bapak Tauhid. Sebagai bapak Tauhid, ketauhidan itu benar-benar dipertahankan dan dibela dengan seluruh kekuatan yang dimiliki, Moril maupun materil. Tuhan yang esa itu kemudian diberi nama Allah yang berasal dari kata alaha-ya’luhu-ilah yang berarti penyembahan atau sesembahan. Sehingga Allah itu lah satu-satunya Dzat yang harus disembah, yaitu dengan cara diagungkan (ta’zhim), dijadikan tumpuan harapan (raja) dan yang ditakuti (khauf). Karena itu pengikraran seseorang terhadap tuhan Allah ini harus berbunyi la ilaha illaha. Karena kata Allah di sini sudah menjadi nama (dalam ilmu mantiq disebut manqul), yang berarti: tiada sesembahan selain Allah .h
Tantangan yang dihadapi Ibrahim sangat berat: dia selalu dicurigai, disiksa dan dikucilkan dari negerinya dan keluarganya dengan persetujuan ayah kandungnya sendiri. Siksa yang paling berat adalah dia dilempar ke dalam api unggun. Namun api yang bertabiat membakar itu, ternyata kalah dengan sejuknya tauhid. Ditengah-tengah gugusan api itu terdengar suara halus, ya nar, kuunii bardan wa salaman alal Ibarhim, wahai api dinginlah engkau dan jadilah penyelamat bagi Ibrahim.
Menjadi Imam Manusia
Untuk menjadi imam (pemimpin) setidaknya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Badan sehat (basthah fi al jism)
2. Penguasaan ilmu yang cukup, terutama ilmu yang sesuai dengan bidangnya (basthah fi ilm).
3. Keagamaan yang kuat, sebagai arah seluruh kebijakannya, sehingga kepemimpinanya akan selalu mendapat ridha Allah.
Kurang dari persyaratan tersebut tidak layak seorang diangkat menjadi pemimpin umat. Karena itu, ketika Ibrahim bertanya: „au min dzuriyyatii?“, apakah kepemimpinan itu harus/boleh dari anak cucuku?“ jawab Allah:“ La yanaalu abdii aldhalimiin’, janjiKu tentang kepemimpinan itu tidak berlaku bagi orang-orang Dzalim. Orang yang zhalim adalah orang yang mengabaikan syari’ah Allah.
Nabi Ibrahim telah memenuhi seluruh syarat di atas, maka layak kalau dia dinobatkan sebagai pemimpin umat manusia dan sekaligus sebagai uswah hasanah bagi umat muslim. Karena kepemimpinanya dilandasi dengan ketauhidan yang kokoh. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami Hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan Hanya kepada Engkaulah kami kembali." (Q.S Al Mumtahanah: 4)
Dengan memperhatikan urain di atas, maka sangat tepat momentum kali ini, yakni bulan Dzulhijah yang merupakan bulan haram (bulan yang dimuliakan Allah) sebagai waktu untuk melihat kembali perjalanan hidup Nabi Allah Ibrahim AS, meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari. Beliau telah mengajarkan kepada umat manusia bagaimana menemukan dan mengenal Tuhan yang benar, menauhidkan secara benar dengan akal penalaran bukan sekedar ikut-ikutan belaka. Beliau juga mengajarkan bagaimana memperjuangkan dan mempertahankan prinsip tauhid dalam kehidupan sehari-hari serta menerapkannya dalam konsep kepemimpinan.
Nabi Ibrahim mengajarkan agar manusia hanya menyerahkan dan menundukan dirinya pada satu Tuhan yaitu Allah, Rabb pencipta dan pemelihara alam semesta. Menjadikan Tauhid sebagai dasar dan landasan kehidupan bagi seorang muslim, sehingga ketika hidup manusia ini telah berlandaskan tauhid dengan benar, akan memperoleh keridhoan Allah SWT. Wallahu a’lam bi showab.

Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit


TINJAUAN PUSTAKA
A.  Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
Proses  distribusi yaitu  penyerahan  obat  sejak  setelah  sediaan  disiapkan  oleh  IFRS  sampai  diantarkan
kepada  perawat,  dokter  atau  profesional pelayanan  kesehatan  lain  untuk  diberikan  kepada  penderita.  Sistem
distribusi  obat  di  rumah  sakit  untuk  pasien  rawat  inap  adalah  tatanan  jaringan  sarana,  personel,  prosedur  dan
jaminan mutu yang serasi, terpadu, dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta
informasinya kepada pasien. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan di rumah sakit sangat
bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata
ruang rumah sakit. 
Suatu  sistem  distribusi  obat  yang  efisien  dan  efektif  sangat  tergantung  pada  desain  sistem  dan
pengelolaan  yang  baik.  Suatu  sistem  distribusi obat  yang  di desain  dan  di  kelola  dengan  baik  harus  dapat
mencapai berbagai hal sebagai berikut :
-     Ketersediaan obat tetap terpelihara
-     Mutu dan kondisi sediaan obat tetap stabil dalam seluruh proses distribusi
-     Kesalahan obat minimal dan keamanannya maksimum pada penderita  
-     Obat yang rusak dan kadaluarsa sangat minimal
-     Efisiensi dalam penggunaan sumber terutama personel
-     Meminimalkan pencurian, kehilangan, pemborosan, dan penyalah gunaan obat
-     IFRS  mempunyai  akses  dalam  semua  tahap  produksi  untuk  pengendalian,  pemantauan  dan  penerapan
pelayanan farmasi klinik
-     Terjadinya interaksi antara dokter-apoteker-perawat-penderita
-     Harga terkendali
-     Meningkatnya penggunaan obat yang rasional
Berdasarkan distribusi obat untuk pasien rawat inap, ada empat sistem yang digunakan yaitu :
1.   Sistem floor stock lengkap
2.   Sistem resep individu atau permintaan lengkap
3.   Sistem distribusi obat dosis unit (UDDD/Unit Dose Drug Distribution)
4.   Sistem kombinasi resep individu, floor stock lengkap dan distribusi obat dosis unit.
Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi obat dibagi menjadi dua sistem, yaitu :
1.   Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi)
2.   Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi)

B.  Metode Distribusi Obat untuk Pasien Rawat Inap
1.   Sistem floor stock lengkap
Adalah  suatu  sistem  pengelolaan  dan  distribusi obat  sesuai  dengan  yang  ditulis  oleh  dokter  pada
resep obat yang disiapkan oleh perawat dan persediaan obatnya juga berada di ruang perawat dan langsung
diberikan pada pasien diruang rawat inap tersebut. 
Penggunaan  sistem    floor  stock  lengkap  dianjurkan  untuk  diminimalkan  agar  menjamin
pengemasan  control dan  identifikasi  obat  walaupun  sistem  ini tetap  dipertahankan  pada  kondisi  tertentu
seperti :
-    Dalam bagian emergensi dan ruang operasi, dimana obat biasanya harus selalu cepat tersedia segera
setelah mendapat resep dokter.
-    Pada  situasi  yang  dapat  mengancam  kehidupan  pasien,  ketersediaan  obat-obat  di sekitar  pasien
sangat dibutuhkan.
-    Obat-obatan dengan harga rendah dan biasa dipakai(high volume drug) dapat dikelola dengan cara
ini dengan catatan kemungkinan terjadi medication error yang kecil.
Sistem  ini  sekarang  tidak  digunakan  lagi  karena  tanggung  jawab  besar  dibebankan  pada  perawat  yaitu
menginterpretasikan resep dan menyiapkan obat yang sebetulnya adalah tanggung jawab apoteker. 
Keuntungan sistem ini yaitu :
-    Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien
-    Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
-    Pengurangan penyalinan resep 
-    Pengurangan jumlah personel IFRS
Keterbatasan sistem ini :
-    Kesalahan obat sangat meningkat karena resep obat tidak dikaji langsung oleh apoteker
-    Persediaan obat di ruang perawat meningkat dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas
-    Pencurian obat meningkat
-    Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat
-    Penambahan modal investasi untuk menyediakan fasilitas penyimpanan obat sesuai di setiap daerah
perawatan pasien
-    Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat
-    Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
2.   Sistem resep individual/permintaan lengkap
Sistem distribusi obat resep individual adalah sistem pengelolaan dan distribusi obat oleh IFRS sentral
sesuai dengan yang tertulis pada resep yang ditulis dokter untuk setiap  penderita. Dalam sistem ini, semua
obat  yang  diperlukan  untuk  pengobatan  di dispensing  dari IFRS. Resep  asli  dikirim  ke  IFRS  oleh  perawat,
kemudian  resep  itu  diproses  sesuai dengan  cara  dispensing  yang  baik  dan  obat  siap  untuk  didistribusikan
kepada pasien. 
Keuntungan sistem distribusi resep individual :
-    Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang dapat memberi keterangan atau informasi kepada
perawat berkaitan dengan obat yang dipakai.
-    Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-penderita.
-    Pengendalian perbekalan yang mudah
-    Mempermudah penagihan biaya kepada pasien
Keterbatasan dalam sistem distribusi resep individual :
-    Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke penderita
-    Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat
-    Memerlukan jumlah perawat waktu yang lebih banyak untuk penyimpanan  obat di ruangan  pada
waktu konsumsi obat
-    Terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan sewaktu penyiapan konsumsi.
3.   Kombinasi Sistem Resep Individu dan Floor Stock Lengkap
Sistem kombinasi ini biasanya diadakan untuk mengurangi beban kerja IFRS. Obat yang disediakan
di ruang perawat adalah obat yang diperlukan oleh banyak pasien, setiap hari diperlukan dan biasanya adalah
obat  yang  harganya  relatif  murah.  Jenis  dan  jumlah  obat  yang  tersedia  di  ruangan    ditetapkan  oleh  PFT
dengan masukan dari IFRS dan pelayanan keperawatan.]

Keuntungan sistem ini :
-    Semua resep individu dikaji langsung oleh apoteker
-    Adanya kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien
-    Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien
-    Beban IFRS dapat berkurang
Keterbatasan sistem ini adalah :
-    Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke pasien (obat resep individu)
-    Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari floor stock lengkap)

4.   Sistem Distribusi Obat Dosis Unit/Unit Dose Drug Distribution (UDDD)
Obat  dosis  unit  adalah  obat  yang  disorder  oleh  dokter  untuk  penderita,  terdiri atas  satu  atau
beberapa  jenis obat yang masing-masing dalam  kemasan  dosis  unit  tunggal dalam jumlah persediaan  yang
cukup untuk suatu waktu tertentu.
Sistem ini memerlukan biaya awal yang besar, akan tetapi keterlibatan perawat dalam menyiapkan
obat tidak begitu tinggi, selain itu mengurangi kemungkinan adanya kesalahan obat.
Unsur  khusus  yang  menjadi dasar  semua  sistem  dosis  unit  adalah;  obat  dikemas  dalam  kemasan
dosis unit tunggal, didispensing dalam bentuk siap konsumsi, dan untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24
jam persediaan dosis, diantarkan ke ruang perawatan penderita pada setiap waktu.
Ada tiga metode sistem distribusi obat dosis unit :
1)    Sistem distribusi obat dosis unit sentralisasi
Dilakukan  oleh  IFRS  ke  semua  daerah  perawatan  penderita  rawat  inap  di  RS  secara  keseluruhan.
Artinya, di rumah sakit tersebut mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya cabang IFRS di beberapa daerah
perawatan.
2)    Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi
Dilakukan  oleh  beberapa  cabang  IFRS  di  sebuah  RS.  Pada  dasarnya  sama  dengan  sistem
distribusi  obat  persediaan  lengkap  di  ruang,  hanya  saja  dikelola  seluruhnya  oleh  apoteker  yang  sama
dengan  pengelola  dan  pengendalian  oleh  IFRS  sentral.  Meskipun  tiap  rumah  sakit  memiliki cara  yang
berbeda-beda dalam penerapannya, berikut merupakan contoh prosedur yang dapat dilakukan :
-     Pasien setelah didiagnosa semua datanya dicatat dalam kartu profil pasien
-     Resep dikirim ke farmasis
-     Resep dicatat di kartu profil pasien
-     Farmasis  memeriksa  resep  untuk  kemungkinan  terjadinya      alergi,  interaksi  obat  dan
kerasionalan terapi
-     Jadwal pemberian obat dikoordinasikan dengan ruang perawat
-     Farmasis  mengambil obat  sesuai  resep,  menempatkan  obat  dalam  kereta  obat  sesuai jadwal
pemberian obat
-     Kereta obat diisi dengan dengan obat sesuai jadwal pengiriman ke pasien
-     Farmasis memeriksa kereta obat sebelum diantarkan
-     Perawat memberikan obat ke pasien dan mencatat medication recordnya
-     Kereta obat diperiksa ulang sebelum dikembalikan ke IFRS
-     Selama  proses  berlangsung,  farmasis  dapat  berkonsultasi ke  dokter  dan  perawat  untuk
mencegah terjadinya penghentian pengobatan
Dasar untuk mengadakan pelayanan IFRS desentralisasi adalah :
a)   Kebutuhan penderita
Sistem distribusi obat sentralisasi untuk penderita rawat inap  yang didispensing dari IFRS sentral seringkali
mengakibatkan  meningkatnya  kesalahan  obat,  keterlambatan  penerimaan  dosis  mula,  memperpanjang
tinggal penderita di rumah sakit serta meningkatnya biaya yang dikeluarkan penderita. Sistem distribusi obat
dan lingkup praktek klinik apoteker perlu disesuaikan dengan kemajuan dalam terapi obat.
b)  Kebutuhan perawat
Perawat memainkan suatu peranan penting dalam sistem distribusi obat di rumah sakit. Pelayanan IFRS
sentralisasi seringkali menimbulkan banyaknya  pertanyaan yang berkaitan  dengan obat tak terjawab  oleh
perawat yang sibuk. Pelayanan IFRS desentralisasi dapat segera melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
obat  dan dukungan informasi obat kepada  perawat jika diperlukan.  Sistem distribusi obat untuk penderita
rawat inap menggunakan IFRS cabang (satelit) dapat meningkatkan efisiensi perawat dibandingkan dengan
sistem distribusi obat sentralisasi.
c)   Kebutuhan dokter
Dokter  mendiagnosis  masalah  medik  dan  menulis  suatu  rencana  terapi.  Penulisan  obat  seringkali
merupakan  suatu  aspek  kritis  dari  perawatan  pasien  rawat  inap.  Komplikasi  obat  yang  telah  diidentifikasi
sebelumnya  menggambarkan  kebutuhan  dokter  akan  informasi  umum  obat  dan  informasi obat  klinik
tertentu.  Pengelolaan  terapi  obat  penderita  oleh  apoteker  dapat  mengurangi reaksi obat  yang  merugikan
dan  mempercepat  pembebasan  penderita  dari rumah  sakit.  Apoteker  yang  praktek  di daerah  perawatan
penderita dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman klinik obat untuk membantu dokter mengelola
terapi obat penderita mereka.
d)  Kebutuhan apoteker
Dalam  lingkungan  desentralisasi,  apoteker  dapat  menghubungkan  secara  langsung  kebutuhan  terapi
obat  penderita  sebagai  hasil dari kemudahan  pencapaian  penderita,  perawat,  dokter  dan  rekam  medik.
Apoteker  dapat  mengembangkan  keahlian  dalam  daerah  perawatan  tertentu,  seperti  pediatrik,  obgyn,
penyakit dalam dan bedah apabila menggeluti bidang yang sama di rumah sakit selama periode waktu yang
terus menerus.
Pengalaman apoteker dalam terapi penderita rawat inap akan meningkat dan selama waktu  itu dapat
menjadi  seorang  ahli dalam  pengertian  variabel penderita  yang  signifikan  untuk  terapi  obat  resiko  tinggi.
Hubungan dengan staf medik dapat dikembangkan, sehingga masukan dari apoteker pada resep terapi obat
dapat dibuat sebelum resep ditulis, daripada menanggapi masalah setelah resep selesai ditulis.
Uraian karakteristik dan manfaat dari IFRS desentralisasi yaitu :
a)  Kunjungan ke ruang perawatan penderita
Apoteker  menyertai tim  dokter  dalam  kunjungan  ke  ruang  penderita.  Partisipasi apoteker  dalam
kunjungan ini adalah pemberian informasi obat atas permintaan dokter atau atas prakarsa apoteker sendiri.
b)  Wawancara penderita 
Informasi sejarah  pengobatan  penderita  diperoleh  secara  lisan  oleh  apoteker  untuk  melengkapi
rekaman  IFRS.  Informasi dapat  termasuk  obat  resep  dan  obat  bebas  yang  digunakan,  alergi obat  dan
pengetahuan  tentang  kerja  obat.  Masalah  tentang  terapi obat  penderita  terdahulu  diidentifikasi  demikian
juga  obat  yang  bermanfaat  atau  tidak  bermanfaat.  Obat-obat  yang  tidak  bermanfaat  dan  penyebab  alergi
tersebut dapat dihindari selama hospitalisasi.
c)   Pemantauan terapi obat penderita
Kartu pengobatan penderita dikaji untuk memastikan bahwa penderita menerima terapi obat yang
aman dan efektif. Obat yang dikonsumsi, uji laboratorium yang  berkaitan, diagnosis penderita dan kondisi
medik adalah bagian penting dari proses pemantauan. Masalah terapi obat yang mungkin berubah dan yang
diidentifikasi  dikomunikasikan  dengan  dokter,  sehingga  akan  dihasilkan  terapi  obat  yang  lebih  aman  dan
lebih efektif.
d)  Pertanyaan dokter
Pertanyaan  dari dokter  tentang  terapi  obat  penderita  dan  pertanyaan  informasi  obat  umum  dijawab
oleh apoteker. Terapi obat yang lebih aman dan lebih efektif akan dihasilkan jika pertanyaan dijawab secara
akurat dan diterapkan dalam terapi penderita.
e)   Pertanyaan perawat
Pertanyaan perawat tentang terapi obat penderita, informasi obat umum dan resep obat dijawab oleh
apoteker. Pemberian obat oleh perawat lebih akurat dan aman dengan pengetahuan obat yang lebih luas.
f)   Informasi obat
Dokter sering mengajukan  pertanyaan tentang informasi obat  yang  berkaitan dengan  masalah  terapi
obat penderita yang memerlukan penelitian dari pustaka informasi yang tersedia untuk melayani pertanyaan
tersebut. Jawaban apoteker harus menghasilkan terapi obat yang lebih aman dan efektif. 
g)  Pelayanan terapi obat yang diatur oleh apoteker
Apoteker mengembangkan dan melaksanakan pelayanan terapi obat tertentu atas permintaan dokter.
Seperti  mengatur  antikoagulasi,  penjadwalan  pemberian  obat  bagi  penderita  dengan  status  ginjal
membahayakan,  obat-obat  yang  mempengaruhi darah  dan  hati,  pengaturan  dosis  aminoglikosid,
pengendalian  kesakitan,  dukungan  nutrisi dan  terapi aminofilin.  Pelayanan  demikian  harus  menghasilkan
terapi obat yang lebih aman dan lebih spesifik bagi penderita.
h)  Farmakokinetik klinik
Penerapan pelayanan farmakokinetik klinik dapat berhasil bila ditunjang oleh keberadaan laboratorium
farmakokinetik yang dikendalikan  oleh  IFRS.  Aspek terpenting dari pelayanan ini antara lain  menetapkan
jadwal waktu untuk pengambilan konsentrasi zat aktif yang tepat guna menjamin agar hasil pengujian dapat
digunakan. Berdasarkan konsentrasi zat aktif  dalam  serum, apoteker  dapat  memodifikasi dosis  dan jadwal
waktu pemberian untuk mencegah toksisitas dan menjamin kemanjuran terapi.
i)   Evaluasi penggunaan obat
Program  evaluasi  penggunaan  obat  yaitu  suatu  proses  penjaminan  mutu  yang  disahkan  rumah
sakit, dilakukan terus menerus, terstruktur, ditujukan guna memastikan bahwa obat digunakan secara tepat,
aman  dan  efektif.  Dalam  rumah  sakit,  apoteker  harus  menerapkan  kepemimpinannya  dan  bekerja  sama
dengan staf medik, perawat dan pimpinan jika diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan evaluasi
penggunaan obat. Studi kasus obat tertentu dilakukan dan ketidaktepatan penulisan resep oleh dokter harus
diperbaiki melalui program pendidikan. 
Keuntungan dari penerapan IFRS desentralisasi bagi berbagai pihak yang terlibat yaitu :
-    Obat dapat segera tersedia untuk dikonsumsi pasien
-    Pengendalian obat dan akuntabilitas semakin baik
-    Apoteker dapat berkomunikasi langsung dengan dokter dan perawat
-    Sistem distribusi obat berorientasi pasien sangat berpeluang untuk diterapkan 
-    Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara dengan pasien secara efisien
-    Informasi obat dari apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
-    Waktu  kerja  perawat  dalam  distribusi  dan  penyiapan  obat  berkurang  karena  tugas  itu  dilakukan
oleh personel IFRS desentralisasi
-    Spesialisasi terapi obat bagi apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan dan diberikan secara
efisien
-    Apoteker  lebih  mudah  melakukan  penelitian  klinik  obat  dan  studi asesmen  mutu  terapi obat
penderita.
Keterbatasan sistem distribusi obat desentralisasi antara lain :
-    Semua  apoteker  klinik  harus  cakap  sebagai  penyelia  untuk  bekerja  secara  efektif  dengan  asisten
apoteker dan teknisi lainnya
-    Apoteker  biasanya  bertanggung  jawab  untuk  pelayanan  distribusi dan  pelayanan  klinik.  Waktu
yang  mereka  gunakan  dalam  kegiatan  yang  bukan  distribusi obat  tergantung  pada  ketersediaan
asisten apoteker dan teknisi bermutu untuk secara efektif mengorganisasikan waktu
-    Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih rumit karena lokasi IFRS cabang yang
banyak untuk obat yang sama, terutama untuk obat yang jarang ditulis
-    Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena staf  berpraktek dalam lokasi fisik
yang banyak
-    Lebih banyak alat yang diperlukan, misalnya pustaka informasi obat, lemari pendingin, rak obat dan
alat untuk meracik
-    Jumlah  pasien  yang  banyak  menyebabkan  beban  kerja  distribusi obat  dapat  melebihi  kapasitas
ruangan dan personel dalam unit IFRS desentralisasi yang kecil.
3) Sistem distribusi obat dosis unit kombinasi sentralisasi dan desentralisasi
Biasanya hanya untuk dosis mula dan dosis dalam keadaan darurat dilayani cabang IFRS. Dosis
selanjutnya dilayani IFRS sentral. Semua pekerjaan tersentralisasi, seperti pengemasan dan pencampuran
sediaan intravena juga dimulai dari IFRS sentral.
Keuntungan :
-    Penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan penderita membayar obat yang dikonsumsi
saja
-    Semua dosis yang diperlukan pada unit perawat telah disiapkan IFRS
-    Mengurangi kesalahan  obat.  Adanya  sistem  pemeriksaan  ganda  dengan  menginterpretasi
resep/order  dokter  dan  apoteker  membuat  P-3  kemudian  perawat  memeriksa  obat  yang
disiapkan IFRS
-    Peniadaan duplikasi resep obat yang berlebihan
-    Pengurangan kerugian biaya obat yang tidak terbayarkan oleh pasien
-    Penyiapan sediaan intravena dan rekonstistusi obat oleh IFRS
-    Meningkatkan penggunaan personel profesional dan nonprofesional yang lebih efisien
-    Mengurangi kehilangan pendapatan
-    Menghemat ruangan di unit perawatan
-    Meniadakan pencurian dan pemborosan obat
-    Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di RS secara keseluruhan sejak dokter menulis resep
sampai penderita menerima dosis unit
-    Kemasan dosis unit secara sendiri-sendiri diberi etiket dengan nama obat, kekuatan, nomor kendali
dan  kemasan  tetap  utuh sampai obat  siap dikonsumsi pasien, juga membantu dalam penelusuran
kembali kemasan apabila terjadi penarikan obat
-    Sistem komunikasi pengorderan dan pengantaran obat bertambah baik
-    Apoteker dapat datang ke unit perawat ruang penderita untuk melakukan konsultasi obat
Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat
-    Peningkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat menyeluruh
-    Pengendalian yang lebih besar oleh apoteker atas pola beban kerja IFRS dan penjadwalan staf 
-    Penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi dan otomatisasi 
C.   Metode Distribusi Obat Berdasarkan Ada/Tidaknya Satelit Farmasi
1.   Sistem Pelayanan Terpusat ( sentralisasi )
     Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi
farmasi. Pada sentralisasi seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan
individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplay langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut.
    Permasalahan yang tejadi pada penerapan metoda ini disuatu rumah sakit adalah :
a)  Komunikasi yang terjadi  antara farmasi dengan dokter, perawat dan pasien kecil
b)  Farmasis  kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient record) dengan cepat.


2.   Sistem Pelayanan Terbagi
Desentralisasi  adalah  sistem  pendistribusian  perbekalan  farmasi yang  mempunyai cabang  didekat
unit  perawatan/pelayanan.  Cabang  ini dikenal dengan  istilah  depo  farmasi/satelit.  Pada  desentralisasi,
penyimpanan  dan  pendistribusian  perbekalan  farmasi ruangan  tidak  lagi dilayani oleh  pusat  pelayanan
farmasi.  Instalasi  farmasi  dalam  hal  ini bertanggung  jawab  terhadap  keamanan  dan  efektivitas  perbekalan
farmasi yang ada di depo farmasi.
     Tanggung jawab farmasis dalam kaitan dengan distribusi obat disatelit farmasi :
a)  Dispensing  dosis  awal  pada  permintaan  baru  dan  larutan  intravena  tanpa  tambahan  (intravena
solution without addities)
b)  Memeriksa permintaan obat dengan melihat medication administration record (MAR)
c)  Menuliskan nama generik dari obat pada MAR
d)  Memecahkan masalah yang berkaitkan dengan distribusi.
Ruang Lingkup Kegiatan Pelayanan Depo famasi
1.   Pengelolaan perbekalan farmasi
Bertujuan untuk menjamin tersedianya perbekalan farmasi dalam jumlah dan jenis yang tepat
dan dalam keadaan siap pakai pada waktu dibutuhkan oleh pasien, dengan biaya seefisien mungkin.
a)  Pengelolaan perbekalan farmasi terbagi atas :

1)


2)


Pengelolaan barang farmasi dasar (BFD)
 Meliputi obat dan alat kesehatan yang diperoleh dari sub instalasi perbekalan farmasi.
Pengelolaan barang farmasi non-dasar (BFND)
 Depo  farmasi melakukan  pengelolaan  BFND  mulai dari  penerimaan  sampai  dengan
pendistribusian. Perencanaan ini tidak dilakukan mulai depo farmasi.

b)  Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi meliputi :
1) Perencanaan 
  Bertujuan  untuk  menyusun  kebutuhan  perbekalan  farmasi tang  tepat  sesuai  kebutuhan,
mencegah  terjadinya  kekurangan  barang  farmasi,  meningkatkan  penggunaan  perbekalan
farmasi yang efektif dan efisien.
2) Pengadaan
  Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi yang berkualitas berdasarkan fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan.
3) Penerimaan
 Bertujuan untuk mendapatkan perbekalan farmasi yang berkualitas sesuai kebutuhan.
4) Penyinpanan
 Bertujuan untuk menjaga agar mutu perbekalan farmasi tetap terjamin, menjamin kemudahan
mencari perbekalan  farmasi dengan  cepat  pada  waktu  dibutuhkan  dan  mencegah  kehilangan
perbekalan farmasi.
5) Pendistribusian
Bertujuan untuk memberikan perbekalan farmasi yang tepat dan aman pada waktu dibutuhkan
oleh pasien.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
 Bertujuan  untuk  menjamin  kemanjuran,  keamanan  dan  efisiensi penggunaan  obat  serta  dalam  rangka
meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
3. Administrasi
 Kegiatan  administrasi  berupa  stock  opname  perbekalan  farmasi,  pencatatan  perbekalan  farmasi  yang
rusak/tidak  sesuai dengan  aturan  kefarmasian, pelaporan  pelayanan perbekalan  farmasi dan  pelaporan
farmasi klinik.